“Kebersihan adalah sebagian dari iman dan pangkal kesehatan” dari ungkapan ini mengandung arti seseorang yang mengaku beriman, tentu akan benar-benar menjaga kebersihannya. Bersih lingkungannya, pakaiannya, tubuhnya, pikirannya, hatinya dan lain-lain. Betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan kita, baik perorangan, keluarga, masyarakat, maupun lingkungan. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Suasana yang bersih, rapi, dan indah tentunya merupakan idaman banyak masyarakat.
Di Sukorejo kebersihan merupakan salah satu masalah klasik, Sukorejo terkesan kumuh dan berantakan karena ada pasar terpanjang sekabupaten Kendal, panjang pasar ± 500 m dari alun-alun bunderan sampai terminal Sukorejo. Pada awalnya trotoar diperuntukkan untuk pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan dan irigasi pada awalnya adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air. Akan tetapi seiring perjalanan waktu trotoar dan irigasi sudah banyak beralih fungsi, trotoar berlaih fungsi area sebagai pasar atau pedagang kaki lima(PKL) dan irigasi sebagai tempat pembuangan sampah. Persoalan serius ini dialami hampir semua di kota besar. Tidak mengherankan jika yang namanya kawasan kumuh, akan dijumpai di beberapa sudut kota. Selain itu ancaman bahaya banjir sudah menjadi siklus rutin tahunan disetiap musim hujan tiba,
Yang bertanggung jawab atas kebersihan adalah kita semua Untuk menjaga kebersihan kesadaran masyarakat harus muncul dengan sendirinya. Tidak harus menunggu ‘ahli kebersihan’ datang. Tidak perlu saling mengandalkan antar sesama teman. Masyarakat yang sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan tentu akan membuang sampah pada tempatnya. Pemerintah setempat juga harus berperan serta dalam masalah sampah, dengan cara memberikan himbaun serta pemahaman terkait dengan kurangnya kesadaran masyarakat yang masih rendah dengan masih membuang sampah sembarangan dan memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat terhadap kebersihan, keindahan dan ketertiban.
---
Mengubah prilaku warga untuk hidup bersih memang sulit. Namun, untuk menuju perubahan prilaku, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Di tengah mewabahnya ancaman demam berdarah (DB), lomba kebersihan dinilai layak dijadikan strategi dalam upaya meningkatkan kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan. Walaupun masih ada sebagian masyarakat yang kurang taat dalam mengikuti aturan-aturan kebersihan, terutama dalam membuang sampah. Masyarakat kurang taat dengan waktu dan tempat pembuangan sampah. Hal inilah yang tengah ditanggulangi instansi terkait yang memiliki tanggung jawab di bidang kebersihan.
Kendala lain yang juga dihadapi instansi pengelola kebersihan adanya pembuangan sampah oleh masyarakat dilahan-lahan kosong yang ada. Lahan-lahan kosong yang ditinggal pemiliknya ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuang sampah. Disatu sisi perlu dicatat meningkatnya volume sampah di beberapa daerah, terutamanya lagi di Kota-kota besar, erat kaitannya dengan jumlah penduduk. Belum lagi sampah-sampah dari alam dan tumbuh-tumbuhan.
Bangkitkan Prilaku Bersih Melalui Lomba Menghadapi kenyataan permasalahan kebersihan lingkungan, terutamanya belum maksimalnya partisipasi peran serta masyarakat dalam ikut mengelola kebersihan sampah. Gagasan lomba kebersihan merupakan salah satu pemacu semangat masing-masing kampung atau kota dalam hal menjaga kebersihan lingkungan. Tidak semata-mata kebersihan masing-masing lingkungan, namun lomba kebersihan ini juga akan memperindah Kampung/Kota.
Lomba kebersihan pada penilaiannya tidak semata-mata menilai kebersihan sesaat. Sebaliknya lebih menekankan pada perilaku masyarakat untuk hidup bersih. Melihat masih cukup banyaknya warga yang tak mempedulikan kebersihan lingkungan. Misalnya saja kebiasaan membuang sampah sembarangan, dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada dilingkungannya. Atau masih ada diantara warga membuang sampah ke dalam saluran got yang ada di depan rumah. Kebiasaan asal buang tersebut, tentu saja akan memunculkan persoalan baru. Seperti sumber penyakit dan bau tidak sedap. Demikian juga dengan kebiasaan membuang sampah di got, yang masih banyak dilakukan masyarakat. Bagi mereka yang berada di hulu mungkin tidak ada masalah. Tapi mereka yang bermukim dihilir yang akan merasakan dampaknya. Padahal jika terjadi musibah, merupakan ancaman bagi banyak orang. Sesungguhnya yang terpenting bagaimana menumbuhkan perilaku hidup bersih dikalangan warga. Jika perilaku hidup bersih sudah menjadi kebiasaan, dapat dipastikan lingkungan akan menjadi bersih.
Menilai sebuah kampung/kota dari segi kebersihan, tentu akan membawa dampak yang positif, jika dilakukan terus menerus dengan kesadaran masyarakat. Ada tidaknya pemberdayaan atau perlombaan kebersihan kampung/kota mestinya tetap bersih, termasuk lingkungannya. Tingkat kebersihan tersebut sangat tergantung dari kesadaran masyarakat dan bagaimana masyarakat menjaga kebersihan. Jika penduduknya tidak tertib dan taat jadwal dalam membuang sampah, masih berprilaku tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan, maka akan memiliki konsekwensi kurang sadarnya masyarakat tersebut dengan kebersihan. Kebersihan memiliki hubungan langsung dengan tertibnya warga banjar dalam memenuhi administrasi desa, termasuk dalam memanfaatkan lingkungan untuk lahan mencari penghidupan setiap hari. Bagaimana lingkungan mau bersih jika masyarakat masih tidak tertib dan tidak peduli terhadap kebersihan yang berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat setempat?
Biasanya pelaksanaan sebuah perlombaan, lebih mengutamakan hadiah yang diperebutkan, sasaran yang ingin dicapai bukan saja bersih pada saat lomba, namun lebih dari itu melalui pemberdayaan dan lomba kebersihan masyarakat diharapkan termotivasi dan terbiasa melakukan kebersihan dilingkungan masing-masing. Sasarannya lomba bukanya sekadar mencari siapa yang mampu mengelola kebersihan pada saat lomba tapi terpenting bagaimana dengan kegiatan ini bisa mengubah prilaku warga agar hidup bersih. Program kepedulian terhadap kebersihan memang harus dimulai dari hal-hal yang praktis. Peduli lingkungan hendaknya menjadi budaya warga. Namun bagaimana lomba kebersihan ini menjadi budaya masyarakat dalam menjaga lingkungannya, tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama dalam mengelolanya, agar ke depan lingkungan tidak lagi dikelilingi masalah sampah.
Referensi : Sukorejo - Kendal - Jawa Tengah
Di Sukorejo kebersihan merupakan salah satu masalah klasik, Sukorejo terkesan kumuh dan berantakan karena ada pasar terpanjang sekabupaten Kendal, panjang pasar ± 500 m dari alun-alun bunderan sampai terminal Sukorejo. Pada awalnya trotoar diperuntukkan untuk pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan dan irigasi pada awalnya adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air. Akan tetapi seiring perjalanan waktu trotoar dan irigasi sudah banyak beralih fungsi, trotoar berlaih fungsi area sebagai pasar atau pedagang kaki lima(PKL) dan irigasi sebagai tempat pembuangan sampah. Persoalan serius ini dialami hampir semua di kota besar. Tidak mengherankan jika yang namanya kawasan kumuh, akan dijumpai di beberapa sudut kota. Selain itu ancaman bahaya banjir sudah menjadi siklus rutin tahunan disetiap musim hujan tiba,
Yang bertanggung jawab atas kebersihan adalah kita semua Untuk menjaga kebersihan kesadaran masyarakat harus muncul dengan sendirinya. Tidak harus menunggu ‘ahli kebersihan’ datang. Tidak perlu saling mengandalkan antar sesama teman. Masyarakat yang sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan tentu akan membuang sampah pada tempatnya. Pemerintah setempat juga harus berperan serta dalam masalah sampah, dengan cara memberikan himbaun serta pemahaman terkait dengan kurangnya kesadaran masyarakat yang masih rendah dengan masih membuang sampah sembarangan dan memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat terhadap kebersihan, keindahan dan ketertiban.
---
Mengubah prilaku warga untuk hidup bersih memang sulit. Namun, untuk menuju perubahan prilaku, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Di tengah mewabahnya ancaman demam berdarah (DB), lomba kebersihan dinilai layak dijadikan strategi dalam upaya meningkatkan kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan. Walaupun masih ada sebagian masyarakat yang kurang taat dalam mengikuti aturan-aturan kebersihan, terutama dalam membuang sampah. Masyarakat kurang taat dengan waktu dan tempat pembuangan sampah. Hal inilah yang tengah ditanggulangi instansi terkait yang memiliki tanggung jawab di bidang kebersihan.
Kendala lain yang juga dihadapi instansi pengelola kebersihan adanya pembuangan sampah oleh masyarakat dilahan-lahan kosong yang ada. Lahan-lahan kosong yang ditinggal pemiliknya ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuang sampah. Disatu sisi perlu dicatat meningkatnya volume sampah di beberapa daerah, terutamanya lagi di Kota-kota besar, erat kaitannya dengan jumlah penduduk. Belum lagi sampah-sampah dari alam dan tumbuh-tumbuhan.
Bangkitkan Prilaku Bersih Melalui Lomba Menghadapi kenyataan permasalahan kebersihan lingkungan, terutamanya belum maksimalnya partisipasi peran serta masyarakat dalam ikut mengelola kebersihan sampah. Gagasan lomba kebersihan merupakan salah satu pemacu semangat masing-masing kampung atau kota dalam hal menjaga kebersihan lingkungan. Tidak semata-mata kebersihan masing-masing lingkungan, namun lomba kebersihan ini juga akan memperindah Kampung/Kota.
Lomba kebersihan pada penilaiannya tidak semata-mata menilai kebersihan sesaat. Sebaliknya lebih menekankan pada perilaku masyarakat untuk hidup bersih. Melihat masih cukup banyaknya warga yang tak mempedulikan kebersihan lingkungan. Misalnya saja kebiasaan membuang sampah sembarangan, dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada dilingkungannya. Atau masih ada diantara warga membuang sampah ke dalam saluran got yang ada di depan rumah. Kebiasaan asal buang tersebut, tentu saja akan memunculkan persoalan baru. Seperti sumber penyakit dan bau tidak sedap. Demikian juga dengan kebiasaan membuang sampah di got, yang masih banyak dilakukan masyarakat. Bagi mereka yang berada di hulu mungkin tidak ada masalah. Tapi mereka yang bermukim dihilir yang akan merasakan dampaknya. Padahal jika terjadi musibah, merupakan ancaman bagi banyak orang. Sesungguhnya yang terpenting bagaimana menumbuhkan perilaku hidup bersih dikalangan warga. Jika perilaku hidup bersih sudah menjadi kebiasaan, dapat dipastikan lingkungan akan menjadi bersih.
Menilai sebuah kampung/kota dari segi kebersihan, tentu akan membawa dampak yang positif, jika dilakukan terus menerus dengan kesadaran masyarakat. Ada tidaknya pemberdayaan atau perlombaan kebersihan kampung/kota mestinya tetap bersih, termasuk lingkungannya. Tingkat kebersihan tersebut sangat tergantung dari kesadaran masyarakat dan bagaimana masyarakat menjaga kebersihan. Jika penduduknya tidak tertib dan taat jadwal dalam membuang sampah, masih berprilaku tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan, maka akan memiliki konsekwensi kurang sadarnya masyarakat tersebut dengan kebersihan. Kebersihan memiliki hubungan langsung dengan tertibnya warga banjar dalam memenuhi administrasi desa, termasuk dalam memanfaatkan lingkungan untuk lahan mencari penghidupan setiap hari. Bagaimana lingkungan mau bersih jika masyarakat masih tidak tertib dan tidak peduli terhadap kebersihan yang berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat setempat?
Biasanya pelaksanaan sebuah perlombaan, lebih mengutamakan hadiah yang diperebutkan, sasaran yang ingin dicapai bukan saja bersih pada saat lomba, namun lebih dari itu melalui pemberdayaan dan lomba kebersihan masyarakat diharapkan termotivasi dan terbiasa melakukan kebersihan dilingkungan masing-masing. Sasarannya lomba bukanya sekadar mencari siapa yang mampu mengelola kebersihan pada saat lomba tapi terpenting bagaimana dengan kegiatan ini bisa mengubah prilaku warga agar hidup bersih. Program kepedulian terhadap kebersihan memang harus dimulai dari hal-hal yang praktis. Peduli lingkungan hendaknya menjadi budaya warga. Namun bagaimana lomba kebersihan ini menjadi budaya masyarakat dalam menjaga lingkungannya, tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama dalam mengelolanya, agar ke depan lingkungan tidak lagi dikelilingi masalah sampah.
Referensi : Sukorejo - Kendal - Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar