Total Tayangan Halaman

Minggu, 17 Maret 2013

Gunung Prahu, Jawa Tengah Menjadi Taman Nasional




Gunung Prahu adalah sebuah gunung yang terdapat di Dataran Tinggi Dieng tepat di perbatasan Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Berada di koordinat 7°11′13″S 109°55′22″E.

Gunung ini memiliki kawasan hutan yang masih asri, indah dan terjaga. Di dalamnya terdapat berbagai tumbuhan seperti Kantong Semar, aneka tumbuhan paku dan satwa. Sedangkan di sisi Kabupaten Wonosobo, terdapat berbagai peninggalan masa lalu berupa candi.

Gunung Prahu, yang salah satu wilayahnya masuk dalam Kecamatan Desa Sukorejo menyimpan beberapa satwa endemik yang terncam kelestariannya dan vegetasi hutan hujan tropis yang masih baik. Namun di beberapa wilayah, terutama yang masuk Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, hutannya mulai rusak oleh alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian.

Di lereng utara, yang masuk Kabupaten Kendal dan Pekalongan, vegetasi hutannya masih cukup bagus, walaupun sudah mulai terancam juga. Selama beberapa tahun pemantauan, hutan di Gunung Prahu ini menjadi habitat beberapa flora dan fauna endemik Jawa seperti Owa Jawa (Hylobates moloch); Elang Jawa (Nisaetus bartelsi); Macan Kumbang (Panthera pardus melas); Sigung Jawa (Mydaus javanensis); Rusa (Cervus timorensis); juga dtemui jejak yang diduga Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica). Flora endemiknya juga terancam seperti Nepenthes gymnamphora, Anaphalis javanica, Anaphalis maxima, dan beberapa spesies anggrek spesies yang banyak menempel di pepohonan.

Dengan status hutan di kawasan Gunung Prahu yang masih dikelola oleh PT Perhutani ini, maka kawasan ini tidak menjadi prioritas untuk pelestarian flora dan faunanya. Untuk itu, kawasan hutan hujan tropis di kawasan Gunung Prahu ini selayaknya segera diubah menjadi kawasan konservasi dibawah Kementrian Kehutanan, Dirjen PHKA, atau menjadi kawasan Taman Nasional.

Perubahan status ini diharapkan akan menyelematkan hutan hujan tropis di Gunung Prau beserta flora-faunanya yang langka dan terancam punah dan menjadi daerah konservasi akan membantu menyelematkan mereka.

Selasa, 12 Maret 2013

Sukorejo Terkesan Kumuh dan Berantakan, Siapa yang bertanggung jawab?

“Kebersihan adalah sebagian dari iman dan pangkal kesehatan” dari ungkapan ini mengandung arti seseorang yang mengaku beriman, tentu akan benar-benar menjaga kebersihannya. Bersih lingkungannya, pakaiannya, tubuhnya, pikirannya, hatinya dan lain-lain. Betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan kita, baik perorangan, keluarga, masyarakat, maupun lingkungan. Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Suasana yang bersih, rapi, dan indah tentunya merupakan idaman banyak masyarakat.

Di Sukorejo kebersihan merupakan salah satu masalah klasik, Sukorejo terkesan kumuh dan berantakan karena ada pasar terpanjang sekabupaten Kendal, panjang pasar ± 500 m dari alun-alun bunderan sampai terminal Sukorejo. Pada awalnya trotoar diperuntukkan untuk pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan dan irigasi pada awalnya adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air. Akan tetapi seiring perjalanan waktu trotoar dan irigasi sudah banyak beralih fungsi, trotoar berlaih fungsi area sebagai pasar atau pedagang kaki lima(PKL) dan irigasi sebagai tempat pembuangan sampah. Persoalan serius ini dialami hampir semua di kota besar. Tidak mengherankan jika yang namanya kawasan kumuh, akan dijumpai di beberapa sudut kota. Selain itu ancaman bahaya banjir sudah menjadi siklus rutin tahunan disetiap musim hujan tiba,

Yang bertanggung jawab atas kebersihan adalah kita semua Untuk menjaga kebersihan kesadaran masyarakat harus muncul dengan sendirinya. Tidak harus menunggu ‘ahli kebersihan’ datang. Tidak perlu saling mengandalkan antar sesama teman. Masyarakat yang sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan tentu akan membuang sampah pada tempatnya. Pemerintah setempat juga harus berperan serta dalam masalah sampah, dengan cara memberikan himbaun serta pemahaman terkait dengan kurangnya kesadaran masyarakat yang masih rendah dengan masih membuang sampah sembarangan dan memfasilitasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat terhadap kebersihan, keindahan dan ketertiban.

---

Mengubah prilaku warga untuk hidup bersih memang sulit. Namun, untuk menuju perubahan prilaku, ada banyak cara yang bisa dilakukan. Di tengah mewabahnya ancaman demam berdarah (DB), lomba kebersihan dinilai layak dijadikan strategi dalam upaya meningkatkan kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungan. Walaupun masih ada sebagian masyarakat yang kurang taat dalam mengikuti aturan-aturan kebersihan, terutama dalam membuang sampah. Masyarakat kurang taat dengan waktu dan tempat pembuangan sampah. Hal inilah yang tengah ditanggulangi instansi terkait yang memiliki tanggung jawab di bidang kebersihan.

Kendala lain yang juga dihadapi instansi pengelola kebersihan adanya pembuangan sampah oleh masyarakat dilahan-lahan kosong yang ada. Lahan-lahan kosong yang ditinggal pemiliknya ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuang sampah. Disatu sisi perlu dicatat meningkatnya volume sampah di beberapa daerah, terutamanya lagi di Kota-kota besar, erat kaitannya dengan jumlah penduduk. Belum lagi sampah-sampah dari alam dan tumbuh-tumbuhan.

Bangkitkan Prilaku Bersih Melalui Lomba Menghadapi kenyataan permasalahan kebersihan lingkungan, terutamanya belum maksimalnya partisipasi peran serta masyarakat dalam ikut mengelola kebersihan sampah. Gagasan lomba kebersihan merupakan salah satu pemacu semangat masing-masing kampung atau kota dalam hal menjaga kebersihan lingkungan. Tidak semata-mata kebersihan masing-masing lingkungan, namun lomba kebersihan ini juga akan memperindah Kampung/Kota.

Lomba kebersihan pada penilaiannya tidak semata-mata menilai kebersihan sesaat. Sebaliknya lebih menekankan pada perilaku masyarakat untuk hidup bersih. Melihat masih cukup banyaknya warga yang tak mempedulikan kebersihan lingkungan. Misalnya saja kebiasaan membuang sampah sembarangan, dengan memanfaatkan lahan kosong yang ada dilingkungannya. Atau masih ada diantara warga membuang sampah ke dalam saluran got yang ada di depan rumah. Kebiasaan asal buang tersebut, tentu saja akan memunculkan persoalan baru. Seperti sumber penyakit dan bau tidak sedap. Demikian juga dengan kebiasaan membuang sampah di got, yang masih banyak dilakukan masyarakat. Bagi mereka yang berada di hulu mungkin tidak ada masalah. Tapi mereka yang bermukim dihilir yang akan merasakan dampaknya. Padahal jika terjadi musibah, merupakan ancaman bagi banyak orang. Sesungguhnya yang terpenting bagaimana menumbuhkan perilaku hidup bersih dikalangan warga. Jika perilaku hidup bersih sudah menjadi kebiasaan, dapat dipastikan lingkungan akan menjadi bersih.

Menilai sebuah kampung/kota dari segi kebersihan, tentu akan membawa dampak yang positif, jika dilakukan terus menerus dengan kesadaran masyarakat. Ada tidaknya pemberdayaan atau perlombaan kebersihan kampung/kota mestinya tetap bersih, termasuk lingkungannya. Tingkat kebersihan tersebut sangat tergantung dari kesadaran masyarakat dan bagaimana masyarakat menjaga kebersihan. Jika penduduknya tidak tertib dan taat jadwal dalam membuang sampah, masih berprilaku tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan, maka akan memiliki konsekwensi kurang sadarnya masyarakat tersebut dengan kebersihan. Kebersihan memiliki hubungan langsung dengan tertibnya warga banjar dalam memenuhi administrasi desa, termasuk dalam memanfaatkan lingkungan untuk lahan mencari penghidupan setiap hari. Bagaimana lingkungan mau bersih jika masyarakat masih tidak tertib dan tidak peduli terhadap kebersihan yang berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat setempat?

Biasanya pelaksanaan sebuah perlombaan, lebih mengutamakan hadiah yang diperebutkan, sasaran yang ingin dicapai bukan saja bersih pada saat lomba, namun lebih dari itu melalui pemberdayaan dan lomba kebersihan masyarakat diharapkan termotivasi dan terbiasa melakukan kebersihan dilingkungan masing-masing. Sasarannya lomba bukanya sekadar mencari siapa yang mampu mengelola kebersihan pada saat lomba tapi terpenting bagaimana dengan kegiatan ini bisa mengubah prilaku warga agar hidup bersih. Program kepedulian terhadap kebersihan memang harus dimulai dari hal-hal yang praktis. Peduli lingkungan hendaknya menjadi budaya warga. Namun bagaimana lomba kebersihan ini menjadi budaya masyarakat dalam menjaga lingkungannya, tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama dalam mengelolanya, agar ke depan lingkungan tidak lagi dikelilingi masalah sampah.

Referensi : Sukorejo - Kendal - Jawa Tengah

Senin, 11 Maret 2013

Adhang-Adhang adalah suatu istilah di Sukorejo

Saya mengenal istilah ini di salah satu kota kawedanan tempat saya menghabiskan sebagian masa kecil saya, Sukorejo-Kendal: adhang-adhang. Bukan kata yang asing sebetulnya. Ia berasal dari kosa kata bahasa Jawa, adhang dan telah pula menjadi bahasa Indonesia hadang. Tapi hanya di kota ini saya merasa frasa adhang-adhang itu menemukan pengertian khusus yang saya catat juga dengan ingatan khusus.

Adhang-adhang adalah pekerjaan menghadang. Biasanya dilakukan oleh para perempuan pedagang yang menghadang orang-orang yang hendak membawa dagangan apa saja ke pasar dan sebelum sampai benar-benar sampai di pasar, telah dicegat di tengah jalan. Di situlah hubungan saling menumbuhkan berlangsung. Yang penjual dimudahkan, yang menghadang memperoleh dagangan untuk dijual kembali dan memperoleh keuntungan. Banyak lahir pedagang sukses dari para pelaku adhang-adhang ini.

Teknik menghadang itu sungguh mengeram secara khusus dalam sistem kejiwaan saya. Begitu banyak sebetulnya nilai-nilai hidup yang bisa dihadang ini, di manapun dan dalam keadaan apapun. Saya banyak menemukan teman-teman diskusi tak sengaja, bertemu saudara-saudara baru, cuma dengan cara nongkrong di kedai teh di salah satu sudut Bandara Soekano Hatta kalau kebetulan sedang lelah bepergian. Sambil menunggu boarding, kedai teh ini adalah tempat transit yang cocok untuk saya, pertama karena saya penggemar teh. Kedua, karena penjaga kedai itu sudah mirip adik-adik saya saking seringnya saya singgah ke tempat ini. Ketiga, tanpa sengaja, lokasi kedai ini sangat memenuhi syarat untuk memperagakan teknik adhang-adhang itu.

Jika saya sedang bepergian sendiri dan butuh teman, saya cukup nongkrong di sini karena tak lama kemudian ada saja teman yang menghampiri dari beragam pribadi. Kesukaan saya adalah melayani mereka ngobrol apa saja dengan lebih banyak bersikap sebagai pendengar dan penanya. Semula alasan saya praktis saja, karena saya sendiri sudah lelah ngomong, di kesempatan inilah giliran saya diam dan mendengarkan. Tapi lama-lama, alasan ini berubah menjadi alasan ideologis, Saya memang memiliki kebutuhan untuk mendengar. Semakin saya mendengar, semakin mereka panjang bercerita, dan tugas saya cuma menyambungnya dengan pertanyaan, dan cerita mereka akan menjadi tambah panjang. Cerita apa saja dari aneka pribadi itu selalu dengan gairah saya dengarkan, karena setiap orang adalah buku pelajaran. Jadi, setiap menunggu boarding, kedai teh ini menjadi universitas terbuka bagi saya cukup dengan syarat sederhana, mau ngongkrong di dalamnya.

Lokasi adhang-adhang ini juga bisa di mana saja, termasuk saat duduk sendiri sambil menunggu istri merampungkan urusan. Tak lama kemudian ada saja teman yang datang bisa siapa saja, bisa pula tukang parkir setempat untuk kemudian kami ngobrol dengan seru. Cuma dengan menghadang saja, setiap kali saya bisa ketemu dosen luar biasa dengan berbagai latar belakang, berbagai disiplin ilmu dan berbagai sudut pandang yang mengayakan hati dan pikiran. Mental adhang-adhang itu, sungguh layak dipertahankan karena mengandung bermacam-macam rezeki kemungkinan. (Prie GS)

PrieGS adalah seorang Budayawan, Penulis sekaligus Kartunis asal Sukorejo-Kendal-Semarang-Jawa Tengah.

Senin, 04 Maret 2013

Perlukah ada Taman Seni dan Budaya di Sukorejo?

Taman Seni dan Budaya adalah bangunan yang didirikan dengan tujuan untuk pementasan seni serta pengembangan seni. Dalam upaya melestarikan kekayaan seni dan budaya, maka perlu dibentuk Proyek Pengembangan atau Gedung Pusat Kesenian dan Budaya di Sukorejo. Proyek ini diharapkan dapat sebagai wadah bagi masyarakat untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya asli Sukorejo dan mengadaptasi unsur positif dari seni budaya luar sehingga seni budaya tidak berhenti serta dapat berkembang sepanjang masa. Sudah saatnya kita untuk menjaga dan melestarikan budaya Indonesia terutama di Sukorejo. Kebudayaan merupakan cermin dari suatu bangsa, dari kebudayaan suatu bangsa dapat dikenal oleh seluruh dunia, tinggal bagai mana kita melestarikan suatu kebudayaan yang kita miliki sekarang, jaman moderenisasi tidak harus menggilas kebudayaan yang sudah ada yang menjadi kebanggaan kita dari dulu.

Kebudayaan merupakan hasil karya seni yang indah dan mengagumkan, sesuatu yang dapat merangangsang panca indra dan dapat membuat kita takjub akan keindahan seni. Kebudayaan di Indonesia sangat beraneka ragam, hampir disetiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda. kebudayaan dapat terbagi menjadi beberapa karya seni, seperti, Tarian, Pakaian adat, Makanan khas dan masih banyak lagi.

Di Sukorejo, memiliki kesenian berupa Lais, Bentuk pertunjukan Lais adalah diperankan seorang gadis remaja, dibantu oleh pawang dengan diiringi musik tradisional dan dikurung dalam keranjang setelah di buka beberapa saat sudah berganti pakaian dan make-up. kemudian dilengkapi dengan penari pendamping. Si pawang (dalang) sering mengundang Roh untuk masuk ke dalam pemeran lais. Bila, roh berhasil diundang, maka penari akan terlihat lebih cantik dan membawakan tarian lebih lincah dan mempesona.

Selain Lais di Sukorejo juga pernah ada seni pertunjukan berupa Nini Thowong/Nyi Thowok, adalah permainan berupa boneka dari tempurung kelapa, rangka bambu dan diberi pakaian seperti orang dan dimainkan oleh pawang yang biasa disebut Serati. Setelah siap, boneka tersebut dibawa ke pohon besar yang angker dan diberi sesajen yang bertujuan untuk memanggil dan agar kemasukan arwah. Permainan Nini Thowong/Nyi Thowok berfungsi sosial karena mampu mengumpulkan anak-anak desa bermain bersama.

Kemudian ada juga Seni Tari yang memiliki keindahan dalam seni gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. tidak sembarang orang bisa melakukan tarian ini, gerakan tangan yang gemulai, gerakan kaki yang lincah dan berbagai macam gerakan yang dapat merangsang panca indra manusia, sehimgga menjadi takjub.

Masih banyak lagi seperti Kuda Lumping juga disebut Jaran Kepang adalah tarian tradisional menampilkan sekelompok prajurit menunggang kuda tiruan. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut.

Kebudayaan lain yang dimiliki adalah Makanan Khas, Makanan Khas juga ada, seperti Brongkos, sebenarnya makanan khas asli Jogjakarta tetapi di Sukorejo brongkos memiliki ciri khas sendiri dengan kuah lebih kental dan berwarna gelap tanpa sayuran yang menyerupai rawon namun agak sedikit berbeda. Brongkos Jogjakarta biasanya menggunakan sayuran seperti tomat, buncis, kacang dan tahu.

Dan masih banyak lagi Seni dan Budaya di Sukorejo, Semoga dengan adanya artikel ini diharapkan dapat dihasilkan pengembangan Taman Budaya di wilayah Sukorejo yang dapat mempercepat pembangunan ekonomi kreatif dan sekaligus menjadi ruang untuk proses regenerasi nilai-nilai budaya, pengembangan inovasi artistik dan estetis, serta pertumbuhan ekonomi di daerah.

Referensi : Sukorejo - Kendal - Jawa Tengah

Sukorejo - Kendal - Jawa Tengah

Sukorejo adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini terletak di sebelah selatan kabupaten Kendal.

Arti/Filosofi kata Sukorejo
Suko = Senang
Rejo = Rame
Sukorejo berarti senang dengan keramaian.

Sejarah Sukorejo

SUKOREJO-“Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa-jasa para pahlawannya”, kata proklamator Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia. Atas alasan itu pula maka pemerintah atau masyarakat banyak membangun tugu peringatan atau monumen perjuangan di berbagai tempat, baik yang berskala nasional maupun kedaerahan.

Di Kabupaten Kendal monumen perjuangan antara lain dibangun di bundaran Sukorejo, tepatnya depan bangunan eks kantor kawedanan, juga di Desa Manggungmangu (Plantungan), dan di Desa Gentinggunung (Sukorejo) yang dikenal sebagai Monumen Kuda Putih. Itu semua dibangun tentu bukan sekadar untuk penghias lingkungan.

Monumen seringkali dirancang untuk memuat informasi politik bersejarah, sebagai bangunan untuk memperkuat citra keunggulan kekuatan politik dan dibangun di tempat atau lokasi yang bernilai sejarah, Monumen adalah jenis bangunan yang dibuat untuk memperingati seseorang atau peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian dari peringatan kejadian pada masa lalu. Seringkali monumen berfungsi sebagai suatu upaya untuk memperindah penampilan suatu kota atau lokasi tertentu. Hanya, sayangnya, monumen-monumen yang disebut di atas sekarang dalam kondisi kurang terpelihara.

Malah salah satu di antara ketiganya, bagian atasnya menjadi tempat nongkrong menghabiskan waktu bagi orang-orang yang tak bertanggungjawab. Itu bisa menjadi gambaran betapa rendah penghargaan kita, khususnya warga setempat, terhadap sejarah bangsanya. Cerita heroik para pendahulu pun mungkin sudah jarang lagi menjadi bahasa tutur.

Mungkin tak banyak generasi muda sekarang yang mengetahui, sampai tanggal 5 September 1947 hari Jumat Kliwon, Sukorejo pernah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kendal dalam pelarian, sebelum akhirnya dibombardir Belanda dan penduduknya diungsikan. Bangunan eks kantor kawedanan itu bisa menjadi saksi bisu bagi masa lalu daerahnya, tentang betapa heroiknya perjuangan para pemuda setempat dalam mempertahankan keberadaan pemerintahan sebelum akhirnya terpaksa berpindah ke Dusun Kenjuran, Desa Purwosari, di kaki Gunung Perahu.

Monumen perjuangan di bundaran itu adalah bentuk penghargaan dan penghormatan. Hanya saja, bentuk penghargaan itu sendiri kurang dihargai, bahkan oleh pemerintah sekarang. Keberadaannya tertutupi oleh baliho orang tertentu yang cuma pengin populer dan dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima (PKL) yang tak bertanggung jawab sehingga terkesan kumuh.

Heroik Kota Sukorejo memang pada akhirnya dapat diduduki Belanda. Pasukan dan pemerintahannya kemudian bermarkas di gedung kawedanan, digereja dan sebagian di SMP 01 Sukorejo pada masa itu. Tetapi sebetulnya pasukan RI bersama para pejuang bukannya kalah, melainkan mengalah mundur ke Dusun Kenjuran Desa Purwosari, demi menghindari korban di kalangan penduduk sipil yang tak berdosa. Perjuangan untuk mempertahankan Sukorejo sebetulnya telah berlangsung sedemikian heroik.

Perjuangan itu bermula ketika Belanda membombardir kota itu menjelang peringatan kemerdekaan yang kedua. Gedung kawedanan menjadi terget utama, di samping markas pemuda di Desa Kebumen. Namun, serangan udara selama lima jam itu meleset dari sasaran utama.

Gagal menyerang dari udara, Belanda berusaha masuk Sukorejo melalui Bawang, perbatasan Kendal-Batang. Tetapi serangan itu dibatalkan, karena keduluan dihadang oleh tentara RI dan para pejuang yang dikerahkan dari markas mereka di Dusun Sumber. Entah apa arti penting Sukorejo, Belanda masih terus berusaha masuk lewat jalan lain, yaitu dari arah Weleri. Usaha ini pun tak membuahkan hasil.

Pada kesempatan lain, masih dari arah Weleri, Belanda mengambil rute lain, yaitu melalui jalur alternatif Besokor-Surokonto-Kebongembong-Pucakwangi-Pageruyung. Serangan ini pun berhasil dipatahkan oleh pasukan RI Yon 60 Salamun dibantu pasukan lain dari Kendal.

Belanda baru berhasil masuk Sukorejo setelah menempuh jalur lain lewat Sojomerto (Gemuh). Awalnya perkebunan Sukomangli Patean yang berhasil direbut. Bersamaan dengan serangan darat lewat jalur tersebut, Belanda juga menggempur markas Yon 60 Salamun di Pucakwangi dengan serangan udara.

Akhirnya, dengan pertimbangan strategis keamanan dan demi menghindari korban di kalangan penduduk sipil, pasukan RI dan para pejuang mengosongkan Sukorejo. Pemerintahan Kendal pun berpindah ke Kenjuran Purwosari, setelah dipertahankan dengan penuh heroism.

Desa/Kelurahan:

1. Bringinsari
2. Damarjati
3. Genting Gunung
4. Harjodowo (Dusun: Nguwok, Kesrug dan Jambangan)
5. Kalibogor
6. Kalipakis
7. Kebumen
8. Mulyosari
9. Ngadiwarno (Dusun: Kabunan, Donomerto, Jaten dan Bongkol)
10. Ngargosari
11. Peron
12. Pesaren
13. Purwo Sari
14. Selokaton
15. Sukorejo
16. Taman Rejo
17. Tamping Winarno (Dukuh: Beteng, Sempu,Tampingan, Denokan dan Medono)
18. Trimulyo



Ekonomi

Kegiatan ekonomi di daerah Sukorejo adalah kegiatan pertanian, terutama di desa-desa. Sedangkan di pusat kota kecamatan Sukorejo adalah kegiatan perdagangan mendominasi, di pusat kota kecamatan Sukorejo terdapat sebuah pasar tradisional yaitu pasar Sukorejo. Pasar Sukorejo merupakan pasar terpanjang didaerah kendal dimulai dari alun alun kota sampai ke terminal. Sukorejo merupakan pusat perekonomian dari tiga kecamatan di sekitarnya, seperti Plantungan, Pageruyung dan Patean.

Pemerintahan

Pusat pemerintahan kecamatan sukorejo terdapat di desa Sukorejo. Disini terdapat kantor kecamatan dan kantor pemerintahan lainnya.

Alamat Kantor Camat Sukorejo:
Jl. Raya Sukorejo No. 81
Telp. (0294) 451002
E-mail: kec.sukorejo@kendalkab.go.id

Visi dan Misi

Mengacu pada Peraturan Bupati Kendal Nomor 54 Tahun 2005 tentang “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Kendal Tahun 2010-2015” dan melihat pada kondisi wilayah, sosial budaya masyarakat dan potensi-potensi alam yang ada di Kecamatan Sukorejo saat ini, maka Pemerintah Kecamatan Sukorejo memiliki visi untuk 5 (lima) tahun mendatang dalam kurun waktu tahun 2010-2015 adalah :

“TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT MELALUI PELAYANAN PRIMA DI KECAMATAN SUKOREJO”

Visi Pemerintah Kecamatan Sukorejo sebagaimana dimaksud di atas merupakan cita-cita luhur yang bukan merupakan hal mudah untuk diwujudkan. Tetapi dengan keyakinan dan kesungguhan serta keterlibatan semua komponen / stakeholder terkait, maka untuk menuju kondisi sebagaimana termaktub dalam visi tersebut mungkin bukanlah sesuatu yang mustahil.

Dalam mewujudkan visi sebagaimana dimaksud di atas, maka Pemerintah Kecamatan Sukorejo telah menetapkan 5 (lima) misi sebagai berikut :

1. Mendayagunakan aparatur Pemerintah yang ada;

Sebagai Pelayan Masyarakat, Pemerintah Kecamatan Sukorejo bertekad untuk memberikan pelayanan terbaik (prima) kepada masyarakat, khususnya masyarakat Kecamatan Sukorejo. Adapun dalam pemberian layanan kepada masyarakat tersebut diupayakan dengan mendayagunakan aparatur pemerintah yang ada dengan tujuan untuk meningkatnya kualitas pelayanan agar dapat memberikan pelayanan prima.

2. Mewujudkan Pemerintahan yang dipercaya;

Pemerintahan yang stabil akan terlaksana bila mendapatkan dukungan sepenuhnya dari masyarakat. Sebaliknya apabila masyarakat tidak mendukung terhadap Pemerintahan yang sedang berjalan, maka jalannya roda Pemerintahan tersebut tidak lancar. Pemerintah akan mendapat dukungan dari masyarakat apabila sikap Pemerintah jujur, transparan dan dapat dipercaya. Hal ini sangat disadari oleh Pemerintah Kecamatan Sukorejo. Oleh karena itu, Pemerintah Kecamatan Sukorejo bertekad untuk selalu bersikap jujur, transparan dan terbuka terhadap masukan ataupun kritik dari masyarakat Kecamatan Sukorejo demi terciptanya pemerintahan yang dipercaya.

3. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas;

Meningkatnya kehidupan sosial dan kesadaran masyarakat untuk lebih maju dan berkembang merupakan tujuan Pemerintah Kecamatan Sukorejo maka perlunya membentuk sumber daya manusia yang berkualitas sehingga kegiatan kegiatan di Pemerintah Kecamatan Sukorejo dapat terselenggara dengan baik.

4. Menumbuhkembangkan Ekonomi rakyat yang Mandiri;

Peningkatan kemandirian perekonomian rakyat di Kecamatan Sukorejo bertujuan untuk menumbuhkembangkan ekonomi rakyat yang mandiri secara terpadu,kelompok usaha masyarakat desa yang mandiri dan daya saing yang tinggi serta terwujudnya desa yang memiliki lembaga keuangan desa yang mandiri mampu menjamin pembiayaan bagi usaha ekonomi desa secara berkesinambungan serta terciptanya komoditas kecamatan unggulan.

5. Mewujudkan stabilitas politik, keamanan wilayah,keamanan dan ketertiban masyarakat.

Memelihara stabilitas politik, keamanan wilayah, ketrentraman dan ketertiban masyarakat di Kecamatan Sukorejo bertujuan untuk terciptanya penegakan dan kepastian hukum terhadap masyarakat dalam melaksanakan kegiatan secara tertib dan lancar serta meningkatkan peran pemerintah dan masyarakat dalam mensukseskan Kebijakan Nasional.

Geografi

Kecamatan Sukorejo terletak di daerah dataran tinggi, sehingga suhu udara terasa dingin pada malam hari. Wilayah kecamatan Sukorejo berbukit-bukit, sehingga untuk kegiatan pertanian sawah harus dibuat secara terasering.


Web Terkait :Facebook Sukorejo Kendal Jawa Tengah
http://kendalkab.go.id/